Translate

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Kamis, 27 Februari 2025

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN AL MUBAROK

 1. Ramadhan Bulan Penuh Kebaikan

Sesungguhnya kita sekarang berada di bulan yang agung dan penuh keberkahan, yaitu bulan Ramadhan. Bulan puasa, sholat malam, dan tilawah Al-Qur'an. Bulan pembebasan dari api neraka dan ampunan. Bulan sedekah dan kebaikan. Bulan yang di dalamnya dibukakan pintu-pintu surga, dilipatgandakan kebaikan, dan diampuni kesalahan. Bulan yang dikabulkan doa-doa, diangkat derajat, dan dihapuskan dosa-dosa.

Bulan di mana Allah Subhanahu wa Ta'ala melimpahkan berbagai macam anugerah-Nya kepada hamba-hamba-Nya dan memberikan karunia yang besar kepada para wali-Nya. Bulan yang Allah jadikan puasanya sebagai salah satu rukun Islam. Rasulullah pun berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa. Beliau juga bersabda bahwa siapa yang berpuasa di bulan ini dengan iman dan penuh harapan kepada Allah, maka dosa-dosa yang telah lalu akan diampuni. Dan siapa yang mendirikan sholat malam dengan iman dan penuh harapan, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.

Bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barang siapa yang terhalang dari kebaikannya, maka sungguh ia telah terhalang dari keberkahan yang besar. Maka, sambutlah bulan ini dengan penuh kegembiraan dan tekad yang tulus untuk menjalankan puasa dan sholat malam, serta berlomba-lomba dalam kebaikan, bersegera bertaubat dengan taubat yang tulus dari segala dosa dan kesalahan. Hendaknya juga saling menasihati dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan, serta saling mengingatkan untuk menyeru kepada yang baik dan mencegah yang mungkar. Ajaklah manusia kepada segala bentuk kebaikan agar kalian mendapatkan kemuliaan dan pahala yang besar.

2. Manfaat Puasa

Dalam puasa terdapat banyak manfaat dan hikmah yang agung. Di antaranya adalah menyucikan jiwa, mendidik, dan membersihkannya dari akhlak yang buruk seperti kesombongan, sifat angkuh, dan kikir. Juga membiasakan diri dengan akhlak yang mulia seperti kesabaran, kelembutan, kedermawanan, kemurahan hati, dan kesungguhan dalam menundukkan hawa nafsu untuk mencari ridha Allah serta mendekatkan diri kepada-Nya.

Di antara manfaat puasa adalah bahwa puasa membuat seorang hamba mengenali dirinya sendiri, kebutuhannya, kelemahannya, dan kefakirannya kepada Tuhannya. Puasa juga mengingatkannya akan besarnya nikmat Allah atasnya, serta mengingatkannya akan kebutuhan saudara-saudaranya yang fakir, sehingga mendorongnya untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, memanfaatkan nikmat-Nya untuk ketaatan kepada-Nya, serta membantu dan berbuat baik kepada saudara-saudaranya yang fakir.

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menunjukkan manfaat-manfaat ini dalam firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan bahwa Dia mewajibkan puasa kepada kita agar kita bertakwa kepada-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa puasa adalah sarana untuk mencapai ketakwaan.

Ketakwaan adalah menaati Allah dan Rasul-Nya dengan menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, dengan penuh keikhlasan kepada Allah Azza wa Jalla, serta didasari oleh cinta, harapan, dan rasa takut kepada-Nya. Dengan demikian, seorang hamba dapat menghindari azab dan murka Allah.

Maka puasa adalah salah satu cabang ketakwaan yang agung, mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, serta menjadi sarana yang kuat untuk mencapai ketakwaan dalam berbagai aspek agama dan kehidupan dunia.

Nabi telah menunjukkan beberapa manfaat puasa dalam sabdanya:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ البَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

"Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu menikah, maka hendaklah ia menikah, karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Namun, siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah perisai baginya." (HR. Al-Bukhari No. 5065, Muslim No. 412)

Dalam hadits ini, Nabi menjelaskan bahwa puasa adalah perisai bagi orang yang menjalankannya, serta menjadi sarana untuk menjaga kesucian dan kehormatan diri. Hal ini disebabkan karena setan mengalir dalam diri manusia seperti aliran darah, sedangkan puasa mempersempit aliran tersebut dan mengingatkan seseorang kepada Allah serta kebesaran-Nya. Dengan demikian, kekuasaan setan melemah, kekuatan iman bertambah, dan akibatnya, ketaatan kepada Allah semakin banyak dilakukan oleh kaum mukminin, sementara kemaksiatan berkurang.

Selain manfaat yang telah disebutkan, puasa juga memiliki banyak manfaat lainnya yang bisa ditemukan oleh orang-orang yang memiliki pandangan yang mendalam. Di antaranya, puasa membantu membersihkan tubuh dari zat-zat berbahaya, memberikan kesehatan dan kekuatan. Banyak dokter yang mengakui manfaat ini dan bahkan menjadikan puasa sebagai metode pengobatan untuk berbagai penyakit.

3. Keutamaan Puasa

Terdapat banyak ayat dan hadits yang menjelaskan keutamaan serta kewajiban puasa. Di antara firman Allah Ta’ala adalah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ۝ أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. (Puasa yang diwajibkan itu adalah) dalam beberapa hari yang tertentu." (QS. Al-Baqarah: 183-184)

Kemudian Allah Azza wa Jalla berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia serta penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Maka barang siapa di antara kalian menyaksikan (datangnya) bulan itu, hendaklah ia berpuasa. Namun, barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesulitan bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangan (hari puasamu) serta mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur." (QS. Al-Baqarah: 185).

Dalam Shahihain (Al-Bukhari dan Muslim), dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah bersabda:

بُنِيَ ٱلْإِسْلَامُ عَلَىٰ خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ ٱللَّهِ، وَإِقَامِ ٱلصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ ٱلزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ ٱلْبَيْتِ.

"Islam dibangun di atas lima pilar: Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah."

Juga telah shahih dari Rasulullah bahwa beliau bersabda:

كُلُّ عَمَلِ ٱبْنِ آدَمَ لَهُ، ٱلْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَىٰ سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ، يَقُولُ ٱللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا ٱلصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، إِنَّهُ تَرَكَ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ، فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ، وَلَخُلُوفُ فَمِ ٱلصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ ٱللَّهِ مِنْ رِيحِ ٱلْمِسْكِ.

"Setiap amal anak Adam adalah untuknya, satu kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh kali hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan balasannya. Ia telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena-Ku.’ Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan saat berbuka, dan kebahagiaan saat bertemu dengan Tuhannya. Dan sungguh, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kasturi." (HR. Muslim No. 2760)

Dalam riwayat yang shahih dari Nabi , beliau bersabda:

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ ٱلْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ ٱلنَّارِ، وَسُلْسِلَتِ ٱلشَّيَاطِينُ

"Ketika bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu." (HR. Muslim No. 2549)

Dan dalam riwayat yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (No. 682) dan Ibnu Majah (No. 1642), Nabi bersabda:

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ ٱلشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ ٱلْجِنِّ، وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ ٱلْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ ٱلنَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ ٱلْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ ٱلشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ ٱلنَّارِ وَذَٰلِكَ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ

"Pada malam pertama bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin jahat dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka sehingga tidak ada satu pun yang tertutup, dan pintu-pintu neraka ditutup sehingga tidak ada satu pun yang terbuka. Kemudian ada seorang malaikat yang berseru: 'Wahai pencari kebaikan, mendekatlah! Wahai pencari keburukan, berhentilah!' Dan Allah memiliki banyak hamba yang dibebaskan dari neraka, dan itu terjadi setiap malam di bulan Ramadhan."

4. Qiyamul Lail di Bulan Ramdhan

Dalam Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَٱحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَٱحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ ٱلْقَدْرِ إِيمَانًا وَٱحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ [ٱلْبُخَارِي 38، وَمُسْلِم 1817]


‘Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu. Barang siapa menunaikan qiyam Ramadhan (sholat malam) dengan iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu. Dan barang siapa menunaikan qiyam pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.’ (HR. Al-Bukhari No. 38, Muslim No. 1817).

Telah tetap (diriwayatkan) dari Nabi bahwa beliau pada umumnya tidak menambah dalam sholat malamnya, baik di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan, lebih dari sebelas rakaat. Beliau sholat empat rakaat, maka janganlah engkau bertanya tentang keindahan dan panjangnya, kemudian beliau sholat empat rakaat lagi, maka janganlah engkau bertanya tentang keindahan dan panjangnya, lalu beliau sholat tiga rakaat.

Dan telah tetap (diriwayatkan) bahwa Nabi dalam sebagian malam pernah sholat sebanyak tiga belas rakaat.

Dan tidak ada batasan tertentu dalam jumlah rakaat sholat malam di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi ketika beliau ditanya tentang sholat malam: (Sholat malam itu) dua rakaat-dua rakaat. Jika salah seorang di antara kalian khawatir masuk waktu Subuh, maka hendaknya ia mengerjakan satu rakaat sebagai penutup (witir) dari sholat yang telah ia kerjakan.’ (HR. Ahmad No. 4492).

Rasulullah tidak menetapkan jumlah rakaat tertentu bagi umatnya dalam sholat malam (qiyamul lail), melainkan membebaskan mereka untuk memilih. Oleh karena itu, siapa saja yang ingin sholat sebelas rakaat, tiga belas rakaat, dua puluh tiga rakaat, lebih dari itu, atau kurang dari itu, maka tidak ada masalah baginya. Namun, yang paling utama adalah apa yang dilakukan oleh Nabi secara konsisten di sebagian besar malamnya, yaitu sebelas rakaat dengan penuh ketenangan dalam berdiri, duduk, rukuk, dan sujud, serta membaca Al-Qur'an dengan tartil tanpa tergesa-gesa. Sebab, ruh dari sholat adalah menghadirkan hati, khusyuk, serta menunaikannya dengan ikhlas dan penuh ketulusan, dengan harapan dan rasa takut kepada Allah.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

  قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ۝ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ 

"Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya." (QS. Al-Mu’minun: 1-2)

وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ

Rasulullah juga bersabda: "Dan dijadikan penyejuk mataku dalam sholat." (HR. Ahmad, An-Nasa’i, dan lainnya)

Beliau pernah mengajarkan kepada seseorang yang salah dalam sholatnya dengan bersabda:

إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا


"Jika engkau berdiri untuk sholat, maka sempurnakanlah wudumu, lalu menghadaplah ke kiblat, kemudian bertakbirlah. Bacalah ayat Al-Qur’an yang mudah bagimu, lalu rukuklah hingga benar-benar tenang dalam rukuk. Kemudian bangkitlah hingga benar-benar berdiri tegak. Lalu sujudlah hingga benar-benar tenang dalam sujud. Kemudian bangkitlah hingga benar-benar duduk dengan tenang. Lalu sujudlah kembali hingga benar-benar tenang dalam sujud. Lakukanlah hal ini dalam seluruh sholatmu." (HR. Bukhari No. 6252 dan Muslim No. 912).

Banyak orang yang melaksanakan sholat malam di bulan Ramadhan dengan cara yang tidak mereka pahami dan tanpa ketenangan, bahkan mereka melakukannya dengan sangat cepat seperti mematuk. Hal ini tidak diperbolehkan dan merupakan perbuatan yang mungkar, yang menyebabkan sholat menjadi tidak sah. Oleh karena itu, wajib berhati-hati terhadap hal ini.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ صَلَاتَهُ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ يَسْرِقُ صَلَاتَهُ؟ قَالَ: لَا يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَلَا سُجُودَهَا. [رَوَاهُ أَحْمَدُ 11549، وَالحَاكِمُ 835]


Seburuk-buruk pencuri adalah orang yang mencuri dari sholatnya."
Para sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang mencuri dari sholatnya?
Beliau menjawab, "Ia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya." (HR. Ahmad No. 11549 dan Al-Hakim No. 835)

Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah pernah memerintahkan seseorang yang melakukan sholat dengan tergesa-gesa agar mengulanginya kembali.

5. Memanfaatkan Waktu-waktu di Bulan Ramadhan

Umat Islam hendaknya memanfaatkan bulan yang agung ini dengan mengisinya dengan berbagai macam ibadah dan amal kebaikan. Ramadhan adalah bulan yang dijadikan oleh Allah sebagai ajang perlombaan dalam beribadah. Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak sholat, sedekah, membaca Al-Qur'an, serta berbuat baik kepada fakir miskin dan anak yatim. Rasulullah sendiri adalah manusia yang paling dermawan, dan beliau menjadi lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan.

Selain itu, umat Islam juga wajib menjaga puasanya dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah, seperti dosa dan maksiat. Rasulullah bersabda:

 مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ وَالجَهْلَ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ   


"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, perbuatan keji, dan kebodohan, maka Allah tidak membutuhkan dia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari No. 1903).

Beliau juga bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ، وَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ سَابَّهُ أَوْ شَتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ


"Puasa adalah perisai. Jika salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan jangan bersikap bodoh. Jika ada seseorang yang mencacinya atau mengajaknya bertengkar, maka hendaklah ia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda:

لَيْسَ الصِّيَامُ عَنِ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ، وَإِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ

"Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari perkataan sia-sia dan perbuatan keji." (HR. Al-Hakim No. 1570 dan Al-Baihaqi No. 8571).

Jabir bin Abdullah Al-Anshari radhiyallahu 'anhu berkata:

وَقَالَ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُكَ وَبَصَرُكَ وَلِسَانُكَ عَنِ الْكَذِبِ وَالْمَحَارِمِ، وَدَعْ أَذَى الْجَارِ، وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ، وَلَا تَجْعَلْ يَوْمَ صَوْمِكَ وَيَوْمَ فِطْرِكَ سَوَاءً

"Jika engkau berpuasa, maka hendaklah pendengaran, penglihatan, dan lisanmu juga berpuasa dari kebohongan dan hal-hal yang haram. Janganlah engkau menyakiti tetanggamu, dan hendaklah engkau berwibawa serta tenang. Janganlah hari puasamu dan hari berbukamu sama (tidak ada bedanya)" Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam kitab "Syu'ab al-Iman" nomor (3374).

Seorang yang berpuasa sebaiknya memperbanyak sholat, sedekah, dzikir, istighfar, dan berbagai bentuk ibadah lainnya, baik di siang maupun malam hari, sebagai bentuk pemanfaatan waktu yang berharga, demi melipatgandakan pahala serta mencari ridha Sang Pencipta langit dan bumi.

6. Menjauhi Amalan yang Mengurangi Pahala Puasa

Hendaknya juga berhati-hati dari hal-hal yang dapat mengurangi pahala puasa, melemahkan ganjarannya, serta menyebabkan kemurkaan Allah, seperti meremehkan sholat, enggan membayar zakat, memakan riba, memakan harta anak yatim, berbuat zalim, durhaka kepada orang tua, memutus silaturahmi, menggunjing, mengadu domba, berdusta, memberikan kesaksian palsu, membuat klaim yang batil, bersumpah palsu, bertabarruj (berdandan dan membuka aurat bagi wanita), tidak menutup aurat dari pandangan laki-laki, serta meniru gaya berpakaian wanita kafir dengan mengenakan pakaian pendek.

Semua maksiat yang telah disebutkan di atas haram dilakukan kapan saja dan di mana saja, tetapi di bulan Ramadhan, hukumnya menjadi lebih berat dan dosanya lebih besar karena keutamaan dan kesucian waktu tersebut.

Dan di antara dosa-dosa yang paling buruk serta paling berbahaya bagi kaum muslimin adalah apa yang banyak menimpa manusia, yaitu sikap malas dalam melaksanakan sholat dan meremehkan pelaksanaannya secara berjamaah di masjid. Tidak diragukan lagi bahwa hal ini termasuk sifat buruk kaum munafik serta merupakan sebab kesesatan dan kebinasaan. Allah Ta’ala berfirman:

 إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا 

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (pamer) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisa’: 142).

مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِ، فَلَا صَلَاةَ لَهُ إِلَّا مِنْ عُذْرٍ

Rasulullah bersabda: "Barang siapa yang mendengar adzan tetapi tidak mendatanginya, maka tidak ada sholat baginya kecuali jika ada uzur." [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (793), Ibnu Hibban (2064), dan Al-Hakim (894)].

Seorang lelaki buta pernah berkata kepada Rasulullah :

يَا رَسُولَ اللَّهِ: إِنِّي بَعِيدُ الدَّارِ عَنِ الْمَسْجِدِ، وَلَيْسَ لِي قَائِدٌ يُلَائِمُنِي، فَهَلْ لِي مِنْ رُخْصَةٍ أَنْ أُصَلِّيَ فِي بَيْتِي؟  فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ﷺ: "هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ لِلصَّلَاةِ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: "فَأَجِبْ

 

Wahai Rasulullah, sesungguhnya rumahku jauh dari masjid dan aku tidak memiliki seorang penuntun yang bisa membimbingku. Apakah aku mendapat keringanan untuk sholat di rumahku?" Maka Nabi bertanya kepadanya: "Apakah engkau mendengar adzan?" Ia menjawab: "Ya." Rasulullah bersabda: "Maka datangilah (sholat berjamaah di masjid).

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, salah seorang sahabat utama Rasulullah , berkata:

لَقَدْ رَأَيْتُنَا، وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنِ الصَّلَاةِ فِي الْجَمَاعَةِ إِلَّا مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ أَوْ مَرِيضٌ"

"Aku pernah melihat (di masa Rasulullah ), tidak ada yang meninggalkan sholat berjamaah kecuali orang munafik yang jelas kemunafikannya atau orang yang sedang sakit." )Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam hadits nomor 792(.

Dan beliau (Abdullah bin Mas'ud) radhiyallahu ‘anhu berkata:

لَوْ أَنَّكُمْ صَلَّيْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ كَمَا يُصَلِّي هَذَا الْمُتَخَلِّفُ فِي بَيْتِهِ لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ، وَلَوْ تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ لَضَلَلْتُمْ

"Seandainya kalian sholat di rumah kalian sebagaimana orang yang tertinggal ini sholat di rumahnya, niscaya kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Dan jika kalian meninggalkan sunnah Nabi kalian, pasti kalian akan tersesat."

Di antara dosa besar yang sangat berbahaya pada zaman ini adalah apa yang banyak menimpa manusia, yaitu kebiasaan mendengarkan lagu-lagu dan alat musik, serta memperdengarkannya secara terbuka di pasar-pasar dan tempat lainnya. Tidak diragukan lagi bahwa hal ini termasuk penyebab terbesar dalam membuat hati menjadi sakit, berpaling dari mengingat Allah, melalaikan sholat, serta enggan mendengarkan Al-Qur'an dan mengambil manfaat darinya.

Selain itu, mendengarkan lagu-lagu dan alat musik merupakan salah satu penyebab utama seseorang dihukum dengan penyakit kemunafikan dan tersesat dari petunjuk. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

Dan di antara manusia (ada) orang yang membeli lahwul hadits (perkataan yang tidak berguna) untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya bahan ejekan. Mereka itu akan mendapatkan azab yang menghinakan." (QS. Luqman: 6)

Para ulama telah menafsirkan bahwa "lahwul hadits" (perkataan yang melalaikan) mencakup nyanyian, alat musik, dan setiap perkataan yang dapat menghalangi dari kebenaran.

Rasulullah bersabda:

لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالحَرِيرَ وَالخَمْرَ وَالمَعَازِفَ

 "Sungguh, akan ada di antara umatku kaum yang menghalalkan zina, sutra (bagi laki-laki), khamr (minuman memabukkan), dan alat musik."(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari [5590] dan Abu Dawud [4041]

Al-ḥir dalam hadits ini berarti perzinaan, al-ḥarīr adalah kain sutra yang sudah dikenal, al-khamr mencakup segala minuman yang memabukkan, dan al-ma‘āzif mencakup nyanyian serta alat musik seperti ‘ūd (gitar Arab), kamān (biola), dan berbagai alat musik lainnya.

Maksud dari hadits ini adalah bahwa di akhir zaman, akan ada sekelompok manusia yang menghalalkan zina, mengenakan sutra (bagi laki-laki), meminum minuman keras, serta mendengarkan nyanyian dan alat musik. Dan semua itu telah terjadi sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah , yang menjadi bukti kebenaran kenabiannya dan dalil atas risalahnya yang mulia.

Abdullah bin Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu berkata:

إِنَّ الغِنَاءَ يُنْبِتُ النِّفَاقَ فِي القَلْبِ كَمَا يُنْبِتُ المَاءُ الزَّرْعَ

"Sesungguhnya nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan di dalam hati sebagaimana air menumbuhkan tanaman. (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam hadits nomor 21536).

Maka bertakwalah kepada Allah, wahai kaum Muslimin, dan jauhilah segala yang telah Allah dan Rasul-Nya larang. Tetaplah istiqamah dalam ketaatan kepada-Nya, baik di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan. Salinglah menasihati dalam kebaikan dan tolong-menolonglah dalam menjalankannya, agar kalian meraih kemuliaan, kebahagiaan, kehormatan, serta keselamatan di dunia dan akhirat.

Hanya kepada Allah kita memohon agar Dia melindungi kita dan seluruh kaum Muslimin dari segala hal yang mendatangkan murka-Nya, serta menerima dari kita semua ibadah puasa dan sholat malam kita. Semoga Allah memperbaiki keadaan para pemimpin kaum Muslimin, menolong agama-Nya melalui mereka, serta menghancurkan musuh-musuh-Nya dengan perantaraan mereka.

Semoga Allah juga memberikan taufik kepada kita semua untuk memahami agama dengan baik, berpegang teguh padanya, menerapkan hukum-hukumnya, dan berhukum dengannya dalam segala urusan. Sungguh, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Semoga salawat, salam, dan keberkahan senantiasa tercurah kepada hamba dan utusan-Nya, Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.

(Diterjemahkan oleh Abu Abdirrahman Benny dari sumber : https://binbaz.org.sa/articles/19/ فضل-شهر-رمضان-المبارك  dengan judul asli فضل شهر رمضان المبارك

Wallahu a'lam bish-shawab 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar