1. Ramadhan Bulan Penuh Kebaikan
Sesungguhnya kita sekarang berada di bulan yang
agung dan penuh keberkahan, yaitu bulan Ramadhan. Bulan puasa, sholat malam,
dan tilawah Al-Qur'an. Bulan pembebasan dari api neraka dan ampunan. Bulan
sedekah dan kebaikan. Bulan yang di dalamnya dibukakan pintu-pintu surga,
dilipatgandakan kebaikan, dan diampuni kesalahan. Bulan yang dikabulkan
doa-doa, diangkat derajat, dan dihapuskan dosa-dosa.
Bulan di mana Allah Subhanahu wa Ta'ala
melimpahkan berbagai macam anugerah-Nya kepada hamba-hamba-Nya dan memberikan
karunia yang besar kepada para wali-Nya. Bulan yang Allah jadikan puasanya
sebagai salah satu rukun Islam. Rasulullah ﷺ
pun berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa. Beliau juga bersabda
bahwa siapa yang berpuasa di bulan ini dengan iman dan penuh harapan kepada
Allah, maka dosa-dosa yang telah lalu akan diampuni. Dan siapa yang mendirikan sholat
malam dengan iman dan penuh harapan, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.
Bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang
lebih baik daripada seribu bulan. Barang siapa yang terhalang dari kebaikannya,
maka sungguh ia telah terhalang dari keberkahan yang besar. Maka, sambutlah
bulan ini dengan penuh kegembiraan dan tekad yang tulus untuk menjalankan puasa
dan sholat malam, serta berlomba-lomba dalam kebaikan, bersegera bertaubat
dengan taubat yang tulus dari segala dosa dan kesalahan. Hendaknya juga saling
menasihati dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan, serta saling mengingatkan
untuk menyeru kepada yang baik dan mencegah yang mungkar. Ajaklah manusia
kepada segala bentuk kebaikan agar kalian mendapatkan kemuliaan dan pahala yang
besar.
2. Manfaat
Puasa
Dalam puasa terdapat banyak manfaat dan hikmah
yang agung. Di antaranya adalah menyucikan jiwa, mendidik, dan membersihkannya
dari akhlak yang buruk seperti kesombongan, sifat angkuh, dan kikir. Juga
membiasakan diri dengan akhlak yang mulia seperti kesabaran, kelembutan,
kedermawanan, kemurahan hati, dan kesungguhan dalam menundukkan hawa nafsu
untuk mencari ridha Allah serta mendekatkan diri kepada-Nya.
Di antara manfaat puasa adalah bahwa puasa
membuat seorang hamba mengenali dirinya sendiri, kebutuhannya, kelemahannya,
dan kefakirannya kepada Tuhannya. Puasa juga mengingatkannya akan besarnya
nikmat Allah atasnya, serta mengingatkannya akan kebutuhan saudara-saudaranya
yang fakir, sehingga mendorongnya untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala, memanfaatkan nikmat-Nya untuk ketaatan kepada-Nya, serta membantu dan
berbuat baik kepada saudara-saudaranya yang fakir.
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menunjukkan manfaat-manfaat ini dalam
firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Wahai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas
orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa." (QS.
Al-Baqarah: 183)
Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan bahwa Dia
mewajibkan puasa kepada kita agar kita bertakwa kepada-Nya. Hal ini menunjukkan
bahwa puasa adalah sarana untuk mencapai ketakwaan.
Ketakwaan adalah menaati Allah dan Rasul-Nya
dengan menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, dengan penuh
keikhlasan kepada Allah Azza wa Jalla, serta didasari oleh cinta, harapan, dan
rasa takut kepada-Nya. Dengan demikian, seorang hamba dapat menghindari azab
dan murka Allah.
Maka puasa adalah salah satu cabang ketakwaan
yang agung, mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, serta menjadi sarana
yang kuat untuk mencapai ketakwaan dalam berbagai aspek agama dan kehidupan
dunia.
Nabi ﷺ telah menunjukkan beberapa manfaat puasa
dalam sabdanya:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ البَاءَةَ
فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ
لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
"Wahai
para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu menikah, maka hendaklah
ia menikah, karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan.
Namun, siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah
perisai baginya." (HR. Al-Bukhari No. 5065, Muslim No. 412)
Dalam hadits ini, Nabi ﷺ
menjelaskan bahwa puasa adalah perisai bagi orang yang menjalankannya, serta
menjadi sarana untuk menjaga kesucian dan kehormatan diri. Hal ini disebabkan
karena setan mengalir dalam diri manusia seperti aliran darah, sedangkan puasa
mempersempit aliran tersebut dan mengingatkan seseorang kepada Allah serta
kebesaran-Nya. Dengan demikian, kekuasaan setan melemah, kekuatan iman
bertambah, dan akibatnya, ketaatan kepada Allah semakin banyak dilakukan oleh
kaum mukminin, sementara kemaksiatan berkurang.
Selain manfaat yang telah disebutkan, puasa juga
memiliki banyak manfaat lainnya yang bisa ditemukan oleh orang-orang yang
memiliki pandangan yang mendalam. Di antaranya, puasa membantu membersihkan
tubuh dari zat-zat berbahaya, memberikan kesehatan dan kekuatan. Banyak dokter
yang mengakui manfaat ini dan bahkan menjadikan puasa sebagai metode pengobatan
untuk berbagai penyakit.
3. Keutamaan
Puasa
Terdapat banyak ayat dan hadits yang menjelaskan
keutamaan serta kewajiban puasa. Di antara firman Allah Ta’ala adalah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ أَيَّامًا
مَّعْدُودَاتٍ
"Wahai
orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. (Puasa yang
diwajibkan itu adalah) dalam beberapa hari yang tertentu." (QS. Al-Baqarah: 183-184)
Kemudian Allah Azza wa Jalla berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى
لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ
الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ
أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ
وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Bulan
Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk
bagi manusia serta penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
benar dan yang batil). Maka barang siapa di antara kalian menyaksikan
(datangnya) bulan itu, hendaklah ia berpuasa. Namun, barang siapa sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari
yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesulitan bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan
bilangan (hari puasamu) serta mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu agar kamu bersyukur." (QS.
Al-Baqarah: 185).
Dalam Shahihain (Al-Bukhari dan Muslim), dari
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
بُنِيَ
ٱلْإِسْلَامُ عَلَىٰ خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُولُ ٱللَّهِ، وَإِقَامِ ٱلصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ ٱلزَّكَاةِ،
وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ ٱلْبَيْتِ.
"Islam
dibangun di atas lima pilar: Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah."
Juga telah shahih dari Rasulullah ﷺ
bahwa beliau bersabda:
كُلُّ عَمَلِ
ٱبْنِ آدَمَ لَهُ، ٱلْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَىٰ سَبْعِمِائَةِ
ضِعْفٍ، يَقُولُ ٱللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا ٱلصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا
أَجْزِي بِهِ، إِنَّهُ تَرَكَ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي، لِلصَّائِمِ
فَرْحَتَانِ، فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ،
وَلَخُلُوفُ فَمِ ٱلصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ ٱللَّهِ مِنْ رِيحِ ٱلْمِسْكِ.
"Setiap
amal anak Adam adalah untuknya, satu kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh kali
hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa,
karena puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan balasannya. Ia
telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena-Ku.’ Bagi orang yang berpuasa
ada dua kebahagiaan: kebahagiaan saat berbuka, dan kebahagiaan saat bertemu
dengan Tuhannya. Dan sungguh, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi
Allah daripada aroma kasturi." (HR. Muslim No. 2760)
Dalam riwayat yang shahih dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda:
إِذَا دَخَلَ
رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ ٱلْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ ٱلنَّارِ،
وَسُلْسِلَتِ ٱلشَّيَاطِينُ
"Ketika bulan Ramadhan
tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan
dibelenggu." (HR. Muslim No. 2549)
Dan dalam riwayat yang diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi (No. 682) dan Ibnu Majah (No. 1642), Nabi ﷺ
bersabda:
إِذَا كَانَ
أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ ٱلشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ ٱلْجِنِّ،
وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ ٱلْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَغُلِّقَتْ
أَبْوَابُ ٱلنَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا
بَاغِيَ ٱلْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ ٱلشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ
عُتَقَاءُ مِنَ ٱلنَّارِ وَذَٰلِكَ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ
"Pada
malam pertama bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin jahat dibelenggu,
pintu-pintu surga dibuka sehingga tidak ada satu pun yang tertutup, dan
pintu-pintu neraka ditutup sehingga tidak ada satu pun yang terbuka. Kemudian
ada seorang malaikat yang berseru: 'Wahai pencari kebaikan, mendekatlah! Wahai
pencari keburukan, berhentilah!' Dan Allah memiliki banyak hamba yang
dibebaskan dari neraka, dan itu terjadi setiap malam di bulan Ramadhan."
4. Qiyamul Lail di Bulan Ramdhan
Dalam
Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَٱحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَٱحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ ٱلْقَدْرِ
إِيمَانًا وَٱحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ [ٱلْبُخَارِي 38، وَمُسْلِم 1817]
‘Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan
iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu. Barang
siapa menunaikan qiyam Ramadhan (sholat malam) dengan iman dan mengharap
pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu. Dan barang siapa menunaikan
qiyam pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan mengharap pahala, maka akan
diampuni dosanya yang telah lalu.’ (HR. Al-Bukhari No. 38,
Muslim No. 1817).
Telah tetap (diriwayatkan) dari Nabi ﷺ bahwa beliau pada umumnya tidak menambah
dalam sholat malamnya, baik di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan, lebih
dari sebelas rakaat. Beliau sholat empat rakaat, maka janganlah engkau bertanya
tentang keindahan dan panjangnya, kemudian beliau sholat empat rakaat lagi,
maka janganlah engkau bertanya tentang keindahan dan panjangnya, lalu beliau sholat
tiga rakaat.
Dan telah tetap (diriwayatkan) bahwa Nabi ﷺ dalam sebagian malam pernah sholat
sebanyak tiga belas rakaat.
Dan tidak ada batasan tertentu dalam jumlah
rakaat sholat malam di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi ﷺ ketika beliau ditanya tentang sholat malam: (Sholat malam itu) dua rakaat-dua rakaat. Jika salah
seorang di antara kalian khawatir masuk waktu Subuh, maka hendaknya ia
mengerjakan satu rakaat sebagai penutup (witir) dari sholat yang telah ia
kerjakan.’ (HR. Ahmad No. 4492).
Rasulullah ﷺ
tidak menetapkan jumlah rakaat tertentu bagi umatnya dalam sholat malam
(qiyamul lail), melainkan membebaskan mereka untuk memilih. Oleh karena itu,
siapa saja yang ingin sholat sebelas rakaat, tiga belas rakaat, dua puluh tiga
rakaat, lebih dari itu, atau kurang dari itu, maka tidak ada masalah baginya.
Namun, yang paling utama adalah apa yang dilakukan oleh Nabi ﷺ secara konsisten di sebagian besar malamnya, yaitu sebelas
rakaat dengan penuh ketenangan dalam berdiri, duduk, rukuk, dan sujud, serta
membaca Al-Qur'an dengan tartil tanpa tergesa-gesa. Sebab, ruh dari sholat
adalah menghadirkan hati, khusyuk, serta menunaikannya dengan ikhlas dan penuh
ketulusan, dengan harapan dan rasa takut kepada Allah.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي
صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
"Sungguh
beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya."
(QS. Al-Mu’minun: 1-2)
وَجُعِلَتْ
قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ
Rasulullah ﷺ
juga bersabda: "Dan dijadikan
penyejuk mataku dalam sholat." (HR. Ahmad, An-Nasa’i, dan lainnya)
Beliau ﷺ
pernah mengajarkan kepada seseorang yang salah dalam sholatnya dengan bersabda:
إِذَا قُمْتَ
إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ،
ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى
تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا، ثُمَّ اسْجُدْ
حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا، ثُمَّ
اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ
كُلِّهَا
"Jika engkau berdiri untuk sholat,
maka sempurnakanlah wudumu, lalu menghadaplah ke kiblat, kemudian bertakbirlah.
Bacalah ayat Al-Qur’an yang mudah bagimu, lalu rukuklah hingga benar-benar
tenang dalam rukuk. Kemudian bangkitlah hingga benar-benar berdiri tegak. Lalu
sujudlah hingga benar-benar tenang dalam sujud. Kemudian bangkitlah hingga
benar-benar duduk dengan tenang. Lalu sujudlah kembali hingga benar-benar
tenang dalam sujud. Lakukanlah hal ini dalam seluruh sholatmu."
(HR. Bukhari No. 6252 dan Muslim No. 912).
Banyak orang yang melaksanakan sholat malam di
bulan Ramadhan dengan cara yang tidak mereka pahami dan tanpa ketenangan,
bahkan mereka melakukannya dengan sangat cepat seperti mematuk. Hal ini tidak
diperbolehkan dan merupakan perbuatan yang mungkar, yang menyebabkan sholat
menjadi tidak sah. Oleh karena itu, wajib berhati-hati terhadap hal ini.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
أَسْوَأُ
النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ صَلَاتَهُ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
كَيْفَ يَسْرِقُ صَلَاتَهُ؟ قَالَ: لَا يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَلَا سُجُودَهَا. [رَوَاهُ
أَحْمَدُ 11549، وَالحَاكِمُ 835]
Seburuk-buruk pencuri adalah orang
yang mencuri dari sholatnya."
Para sahabat bertanya, Wahai
Rasulullah, bagaimana seseorang mencuri dari sholatnya?
Beliau ﷺ menjawab, "Ia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya."
(HR. Ahmad No. 11549 dan Al-Hakim No. 835)
Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah ﷺ pernah memerintahkan seseorang yang
melakukan sholat dengan tergesa-gesa agar mengulanginya kembali.
5. Memanfaatkan
Waktu-waktu di Bulan Ramadhan
Umat Islam hendaknya memanfaatkan bulan yang
agung ini dengan mengisinya dengan berbagai macam ibadah dan amal kebaikan. Ramadhan
adalah bulan yang dijadikan oleh Allah sebagai ajang perlombaan dalam
beribadah. Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak sholat, sedekah, membaca
Al-Qur'an, serta berbuat baik kepada fakir miskin dan anak yatim. Rasulullah ﷺ sendiri adalah manusia yang paling
dermawan, dan beliau menjadi lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan.
Selain itu, umat Islam juga wajib menjaga
puasanya dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah, seperti dosa dan
maksiat. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ
الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ وَالجَهْلَ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ
طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barang siapa yang tidak meninggalkan
perkataan dusta, perbuatan keji, dan kebodohan, maka Allah tidak membutuhkan
dia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari No. 1903).
Beliau ﷺ
juga bersabda:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ، وَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلَا
يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ سَابَّهُ أَوْ شَتَمَهُ فَلْيَقُلْ:
إِنِّي صَائِمٌ
"Puasa adalah perisai. Jika salah
seorang di antara kalian sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan
jangan bersikap bodoh. Jika ada seseorang yang mencacinya atau mengajaknya
bertengkar, maka hendaklah ia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang
berpuasa.’" (HR.
Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
لَيْسَ الصِّيَامُ عَنِ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ، وَإِنَّمَا
الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ
"Puasa
bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari perkataan
sia-sia dan perbuatan keji." (HR. Al-Hakim No. 1570 dan Al-Baihaqi No. 8571).
Jabir bin Abdullah Al-Anshari radhiyallahu 'anhu
berkata:
وَقَالَ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيُّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ: إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُكَ وَبَصَرُكَ وَلِسَانُكَ عَنِ
الْكَذِبِ وَالْمَحَارِمِ، وَدَعْ أَذَى الْجَارِ، وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌ
وَسَكِينَةٌ، وَلَا تَجْعَلْ يَوْمَ صَوْمِكَ وَيَوْمَ فِطْرِكَ سَوَاءً
"Jika
engkau berpuasa, maka hendaklah pendengaran, penglihatan, dan lisanmu juga
berpuasa dari kebohongan dan hal-hal yang haram. Janganlah engkau menyakiti
tetanggamu, dan hendaklah engkau berwibawa serta tenang. Janganlah hari puasamu
dan hari berbukamu sama (tidak ada bedanya)" Diriwayatkan oleh
Al-Baihaqi dalam kitab "Syu'ab al-Iman" nomor (3374).
Seorang yang berpuasa sebaiknya memperbanyak sholat,
sedekah, dzikir, istighfar, dan berbagai bentuk ibadah lainnya, baik di siang
maupun malam hari, sebagai bentuk pemanfaatan waktu yang berharga, demi
melipatgandakan pahala serta mencari ridha Sang Pencipta langit dan bumi.
6. Menjauhi Amalan
yang Mengurangi Pahala Puasa
Hendaknya juga berhati-hati dari hal-hal yang
dapat mengurangi pahala puasa, melemahkan ganjarannya, serta menyebabkan
kemurkaan Allah, seperti meremehkan sholat, enggan membayar zakat, memakan
riba, memakan harta anak yatim, berbuat zalim, durhaka kepada orang tua,
memutus silaturahmi, menggunjing, mengadu domba, berdusta, memberikan kesaksian
palsu, membuat klaim yang batil, bersumpah palsu, bertabarruj (berdandan dan
membuka aurat bagi wanita), tidak menutup aurat dari pandangan laki-laki, serta
meniru gaya berpakaian wanita kafir dengan mengenakan pakaian pendek.
Semua maksiat yang telah disebutkan di atas haram
dilakukan kapan saja dan di mana saja, tetapi di bulan Ramadhan, hukumnya
menjadi lebih berat dan dosanya lebih besar karena keutamaan dan kesucian waktu
tersebut.
Dan di antara dosa-dosa yang paling buruk serta
paling berbahaya bagi kaum muslimin adalah apa yang banyak menimpa manusia,
yaitu sikap malas dalam melaksanakan sholat dan meremehkan pelaksanaannya
secara berjamaah di masjid. Tidak diragukan lagi bahwa hal ini termasuk sifat
buruk kaum munafik serta merupakan sebab kesesatan dan kebinasaan. Allah Ta’ala
berfirman:
إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى
الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا
قَلِيلًا
"Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.
Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya’ (pamer) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah
kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisa’: 142).
مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِ، فَلَا صَلَاةَ لَهُ
إِلَّا مِنْ عُذْرٍ
Rasulullah ﷺ
bersabda: "Barang siapa yang mendengar adzan tetapi tidak
mendatanginya, maka tidak ada sholat baginya kecuali jika ada uzur."
[Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (793), Ibnu Hibban (2064), dan Al-Hakim (894)].
Seorang lelaki buta pernah berkata kepada
Rasulullah ﷺ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ: إِنِّي بَعِيدُ الدَّارِ عَنِ
الْمَسْجِدِ، وَلَيْسَ لِي قَائِدٌ يُلَائِمُنِي، فَهَلْ لِي مِنْ رُخْصَةٍ أَنْ أُصَلِّيَ
فِي بَيْتِي؟ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ﷺ:
"هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ لِلصَّلَاةِ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ:
"فَأَجِبْ
Wahai Rasulullah,
sesungguhnya rumahku jauh dari masjid dan aku tidak memiliki seorang penuntun
yang bisa membimbingku. Apakah aku mendapat keringanan untuk sholat di
rumahku?" Maka Nabi ﷺ
bertanya kepadanya: "Apakah engkau mendengar
adzan?" Ia menjawab: "Ya."
Rasulullah ﷺ bersabda: "Maka datangilah (sholat
berjamaah di masjid).
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, salah
seorang sahabat utama Rasulullah ﷺ,
berkata:
لَقَدْ
رَأَيْتُنَا، وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنِ الصَّلَاةِ فِي الْجَمَاعَةِ إِلَّا
مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ أَوْ مَرِيضٌ"
"Aku pernah
melihat (di masa Rasulullah ﷺ), tidak ada yang
meninggalkan sholat berjamaah kecuali orang munafik yang jelas kemunafikannya
atau orang yang sedang sakit." )Diriwayatkan
oleh Ibnu Majah dalam hadits nomor 792(.
Dan beliau (Abdullah bin Mas'ud) radhiyallahu
‘anhu berkata:
لَوْ أَنَّكُمْ
صَلَّيْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ كَمَا يُصَلِّي هَذَا الْمُتَخَلِّفُ فِي بَيْتِهِ
لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ، وَلَوْ تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ
لَضَلَلْتُمْ
"Seandainya
kalian sholat di rumah kalian sebagaimana orang yang tertinggal ini sholat di
rumahnya, niscaya kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Dan jika kalian
meninggalkan sunnah Nabi kalian, pasti kalian akan tersesat."
Di antara dosa besar yang sangat berbahaya pada
zaman ini adalah apa yang banyak menimpa manusia, yaitu kebiasaan mendengarkan
lagu-lagu dan alat musik, serta memperdengarkannya secara terbuka di
pasar-pasar dan tempat lainnya. Tidak diragukan lagi bahwa hal ini termasuk
penyebab terbesar dalam membuat hati menjadi sakit, berpaling dari mengingat
Allah, melalaikan sholat, serta enggan mendengarkan Al-Qur'an dan mengambil
manfaat darinya.
Selain itu, mendengarkan lagu-lagu dan alat musik
merupakan salah satu penyebab utama seseorang dihukum dengan penyakit
kemunafikan dan tersesat dari petunjuk. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
Dan
di antara manusia (ada) orang yang membeli lahwul hadits (perkataan yang tidak
berguna) untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan
menjadikannya bahan ejekan. Mereka itu akan mendapatkan azab yang
menghinakan." (QS. Luqman: 6)
Para ulama telah menafsirkan bahwa "lahwul
hadits" (perkataan yang melalaikan) mencakup nyanyian, alat
musik, dan setiap perkataan yang dapat menghalangi dari kebenaran.
Rasulullah ﷺ
bersabda:
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ
وَالحَرِيرَ وَالخَمْرَ وَالمَعَازِفَ
"Sungguh,
akan ada di antara umatku kaum yang menghalalkan zina, sutra (bagi laki-laki),
khamr (minuman memabukkan), dan alat musik."(Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari [5590] dan Abu Dawud [4041]
Al-ḥir dalam hadits ini berarti
perzinaan, al-ḥarīr adalah kain sutra yang sudah dikenal, al-khamr
mencakup segala minuman yang memabukkan, dan al-ma‘āzif
mencakup nyanyian serta alat musik seperti ‘ūd (gitar Arab), kamān (biola), dan
berbagai alat musik lainnya.
Maksud dari hadits ini adalah bahwa di akhir
zaman, akan ada sekelompok manusia yang menghalalkan zina, mengenakan sutra
(bagi laki-laki), meminum minuman keras, serta mendengarkan nyanyian dan alat
musik. Dan semua itu telah terjadi sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah ﷺ, yang menjadi bukti kebenaran kenabiannya
dan dalil atas risalahnya yang mulia.
Abdullah bin Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
إِنَّ الغِنَاءَ يُنْبِتُ النِّفَاقَ فِي القَلْبِ كَمَا
يُنْبِتُ المَاءُ الزَّرْعَ
"Sesungguhnya
nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan di dalam hati sebagaimana air menumbuhkan
tanaman. (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam hadits nomor
21536).
Maka bertakwalah kepada Allah, wahai kaum
Muslimin, dan jauhilah segala yang telah Allah dan Rasul-Nya larang. Tetaplah
istiqamah dalam ketaatan kepada-Nya, baik di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan.
Salinglah menasihati dalam kebaikan dan tolong-menolonglah dalam
menjalankannya, agar kalian meraih kemuliaan, kebahagiaan, kehormatan, serta
keselamatan di dunia dan akhirat.
Hanya kepada Allah kita memohon agar Dia
melindungi kita dan seluruh kaum Muslimin dari segala hal yang mendatangkan
murka-Nya, serta menerima dari kita semua ibadah puasa dan sholat malam kita.
Semoga Allah memperbaiki keadaan para pemimpin kaum Muslimin, menolong
agama-Nya melalui mereka, serta menghancurkan musuh-musuh-Nya dengan
perantaraan mereka.
Semoga Allah juga memberikan taufik kepada kita
semua untuk memahami agama dengan baik, berpegang teguh padanya, menerapkan
hukum-hukumnya, dan berhukum dengannya dalam segala urusan. Sungguh, Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
Semoga salawat, salam, dan keberkahan senantiasa
tercurah kepada hamba dan utusan-Nya, Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para
sahabatnya.
(Diterjemahkan oleh Abu Abdirrahman
Benny dari sumber : https://binbaz.org.sa/articles/19/
فضل-شهر-رمضان-المبارك dengan judul asli فضل شهر رمضان المبارك
Wallahu a'lam bish-shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar